Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2017

Berkendara di Ibukota

Setahun lebih saya jadi pengendara motor. Melakukan aktivitas apapun naik motor mulai dari berangkat kerja hingga sekedar beli sayur di pasar dekat rumah. Makin kesini saya merasa makin miris melihat kebiasaan pengendara motor di Ibukota. Naik motor di trotoar, tetap jalan saat lampu merah, mengebut saat lawan arah, memberi klakson berulang kali di gang, trotoar, palang pintu kereta api, saat lampu merah menyala. Rasa-rasanya sudah dilewat batas. Semua merasa punya kepentingan, ingin sampai duluan sampai-sampai mengorbankan orang lain. Mungkin orang-orang yang seperti ini merasa punya nyawa 10 ya. Jalan tanpa memikirkan keselamatan dirinya sendiri bahkan mengabaikan keselamatan orang lain. Saya jadi ikutan kesal, apalagi jika ada pengendara yang tidak bijak membunyikan klakson. Itu rasanya, pengen turun dari motor terus saya usap-usap punggungnya sambil bilang sabar bro, sabar. Banyak bunyi klakson dijalan yang tidak perlu. Saya pernah naik motor dibeberapa kota juga seperti Jogja,

Balas

Berbuat baik karena ingin dibalas dengan perbuatan baik oleh orang lain? Sepertinya ada yang harus diluruskan Sepertinya ada yang salah Mungkin niatnya Kadang saya suka begitu Habis berbuat baik nih, ehh tiba-tiba diri sendiri minta balasan baik dari orang lain Terkadang orang lain mau langsung membalas perbuatan baik kita Tapi kadang juga ada yang tanpa respon Padahal ndak boleh gitu ya, berharap balasan dari manusia Berbuat baiklah karena memang sudah seharusnya kita berbuat baik Bukan karena ingin dibalas, ingin diapresiasi Tapi karena semata-mata ingin berbuat baik. Titik. Urusan balasan biarlah itu menjadi urusan Sang Maha Adil Kita manusia ndak perlu ikut urus tentang balasan Tapi balik lagi, kita berbuat baik untuk apa? Untuk dipuji atau mengejar kepuasan diri Hayuk belajar lagi