Berkendara di Ibukota

Setahun lebih saya jadi pengendara motor. Melakukan aktivitas apapun naik motor mulai dari berangkat kerja hingga sekedar beli sayur di pasar dekat rumah. Makin kesini saya merasa makin miris melihat kebiasaan pengendara motor di Ibukota.

Naik motor di trotoar, tetap jalan saat lampu merah, mengebut saat lawan arah, memberi klakson berulang kali di gang, trotoar, palang pintu kereta api, saat lampu merah menyala. Rasa-rasanya sudah dilewat batas. Semua merasa punya kepentingan, ingin sampai duluan sampai-sampai mengorbankan orang lain. Mungkin orang-orang yang seperti ini merasa punya nyawa 10 ya. Jalan tanpa memikirkan keselamatan dirinya sendiri bahkan mengabaikan keselamatan orang lain.

Saya jadi ikutan kesal, apalagi jika ada pengendara yang tidak bijak membunyikan klakson. Itu rasanya, pengen turun dari motor terus saya usap-usap punggungnya sambil bilang sabar bro, sabar. Banyak bunyi klakson dijalan yang tidak perlu.

Saya pernah naik motor dibeberapa kota juga seperti Jogja, Malang, Blitar, Dieng. Rasa-rasanya disana pengendara motor tertib, tidak sebrutal di Ibukota. Padahal warga Jakarta hari ini juga terdiri dari kota-kota di pulau lainnya. Tapi kenapa kondisi pengendara motor disini begitu menyedihkan bagi saya.

Banyak-banyaklah istigfar disaat berkendara, supaya melembutkan hatimu saat berkendara. Jangan lupa baca doa berkendara sebelum berangkat agar kamu dan pengendara lainnya selamat sampai tujuan. Semoga kondisi ini semakin baik.

Wassalam,
Enosianakmotor

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Komunitas Belajar Sejahterakan Indonesia (KBSI)

Bike to Abdurrahman Saleh Airport =)