#Kode
Semenjak saya mengambil keputusan tentang lanjut atau tidaknya mengikuti pelatihan Pencerah Nusantara Angkatan III hari-hari seakan berubah. Semangat terasa hilang separuh dalam jiwa. Kata "Jika, Andai" selalu terngiang-ngiang di telinga, seakan mereka meneriakkan itu di telinga saya. Air mata masih saja menetes ketika saya menonton liputan di televisi ataupun membaca akun media social PN, semua terjadi secara tidak sengaja. Entah apa maksudnya, mungkin Allah sedang mengirimkan sebuah "kode" dan saya masih belum bisa menafsirkannya hingga saat ini.
Tepat 9 hari berlalu saya masih terbayang-bayangromantika indahnya kata "Jika" seakan tenggelam dan larut dalam melankoli yang saya ciptakan sendiri. Diri ini memang terlalu cengeng dalam menghadapi hidup. Tapi tak apalah menangis, saya rasa menangis bukan pertanda cengeng. Justru menangis adalah pertanda Kuat. Kuat dari tantangan yang Allah berikan. Menangis jauh lebih terhormat daripada Melangkah mundur. Saya harus bisa meneruskan hidup walaupun harus sering menangis. Menangis yang disertai dengan usaha yang tiada henti. Semangat To live to give harus selalu disematkan dalam hati. Tak boleh layu apalagi mati.
Ada hikmah yang paling spesial saya rasakan dari sepenggal kisah hidup ini bahwa saat ini saya merasa lebih dekat dengan Sang Maha Segalanya Allah SWT. Kisah ini juga saya anggap sebagai teguran bahwa selama ini mungkin saya terlalu sombong sehingga Allah menegur saya dengan cara menggagalkan keinginan yang sudah saya perjuangkan 1 tahun lamanya padahal hanya tinggal 1 langkah saya mencapai mimpi saya tersebut. Atau bisa jadi ada "kode" lain yang Allah ingin berikan kepada saya. Ya, saya harus berjuang dan berdoa lebih keras daripada biasanya untuk mendapatkan hasil yang luar biasa.
Bisa jadi ada rencana-Nya yang lebih indah dan Allah ingin melihat usaha saya yang lebih keras lagi untuk memecahkan #Kode langsung dari-Nya.
Salam,
Siti Retno Widiani
Tepat 9 hari berlalu saya masih terbayang-bayangromantika indahnya kata "Jika" seakan tenggelam dan larut dalam melankoli yang saya ciptakan sendiri. Diri ini memang terlalu cengeng dalam menghadapi hidup. Tapi tak apalah menangis, saya rasa menangis bukan pertanda cengeng. Justru menangis adalah pertanda Kuat. Kuat dari tantangan yang Allah berikan. Menangis jauh lebih terhormat daripada Melangkah mundur. Saya harus bisa meneruskan hidup walaupun harus sering menangis. Menangis yang disertai dengan usaha yang tiada henti. Semangat To live to give harus selalu disematkan dalam hati. Tak boleh layu apalagi mati.
Ada hikmah yang paling spesial saya rasakan dari sepenggal kisah hidup ini bahwa saat ini saya merasa lebih dekat dengan Sang Maha Segalanya Allah SWT. Kisah ini juga saya anggap sebagai teguran bahwa selama ini mungkin saya terlalu sombong sehingga Allah menegur saya dengan cara menggagalkan keinginan yang sudah saya perjuangkan 1 tahun lamanya padahal hanya tinggal 1 langkah saya mencapai mimpi saya tersebut. Atau bisa jadi ada "kode" lain yang Allah ingin berikan kepada saya. Ya, saya harus berjuang dan berdoa lebih keras daripada biasanya untuk mendapatkan hasil yang luar biasa.
Bisa jadi ada rencana-Nya yang lebih indah dan Allah ingin melihat usaha saya yang lebih keras lagi untuk memecahkan #Kode langsung dari-Nya.
 |
| Jalan kita yang berbeda tetapi Tujuan tetap sama |
Salam,
Siti Retno Widiani
Komentar
Posting Komentar